“Menarik sekali. Menarik sekali,” begitu kata-kata yang segera saja meluncur dari Ustad Quraish, ketika beliau ingin menunjukkan kepada para pendengar pengajian “Tafsir Al-Mishbah” di Metro TV, terkait dengan kata “iqra’”. Kata “iqra’’, sebagaimana yang kita tahu, adalah kata yang dipilih oleh Allah Swt. dalam menyampaikan ayat pertama kepada Rasulullah Saw. Mengapa kata “iqra’” dan bukan kata yang lain? Apakah ada sesuatu yang penting di balik kata “iqra’” ini?
“Kata iqra’ terdiri atas huruf alif, qaf, dan ra’. Jika ketiga kata ini dibolak-balik dan disusun menjadi sebuah kata selain iqra’, muncullah hal-hal menarik,” lanjut Ustad Quraish. “Hampir semua bentukan kata dari alif, qaf, dan ra’ mengisyaratkan sesuatu yang sangat penting bagi sebuah kehidupan yang baik. Sejak dini Al-Quran mengingatkan kepada kita bahwa jika kita ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dan terus ingin maju, jalan yang perlu kita tempuh adalah membaca.”
Lebih jauh diungkapkan oleh Ustad Quraish bahwa kegiatan membaca selayaknyalah menjadi salah satu ciri penting seorang manusia. Jika ada sebutan manusia sebagai “makhluk sosial”, maka manusia sebagai “makhluk membaca” juga perlu ditekankan. Merujuk ke bentukan kata alif, qaf, dan ra’, dikatakan oleh Ustad Quraish bahwa kegiatan membaca akan membuat seseorang mantap jalan hidupnya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak membaca akan mengalami kesulitan untuk mengetahui jalan hidup yang baik baginya.
Dalam bukunya yang sudah menjadi klasik, ”Membumikan” Al-Quran, Ustad Quraish mengurai falsafah iqra’. Menurutnya, kata iqra’, yang terambil dari kata qara’a, pada mulanya berarti “menghimpun”. Apabila Anda merangkai huruf atau kata, kemudian Anda mengucapkan rangkaian huruf atau kata tersebut, Anda telah menghimpunnya atau, dalam bahasa Al-Quran, qara’tahu qira’atan. Perhatikan empat huruf ini: a, y, s, dan a. Apabila Anda menghimpun empat huruf tersebut, makna apa yang akan muncul?
Ada kemungkinan, Anda mendapatkan himpunan huruf yang memunculkan kata “yasa”? bermaknakah kata “yasa” bagi Anda? Jika belum, mungkin Anda akan mendapatkan himpunan huruf yang membentuk kata “asya”? Bermaknakah kata “asya” ini? Jika belum, Anda akan terus mengotak-atik keempat huruf tersebut dan akhirnya kegiatan menghimpun Anda itu berujung pada kata “saya”. Inilah kegiatan “iqra’” itu. Anda mendapatkan sebuah makna dari kegiatan membaca Anda.
Itu baru membaca sehimpunan huruf yang terdiri atas empat kata. Bayangkan Anda saat ini membaca sebuah buku. Anda membaca buku karya Ratna Megawangi berjudul Semua Berakar pada Karakter. Ketika Anda membaca buku tersebut, Anda tidak lagi berhadapan dengan huruf saja. Anda berhadapan dengan sehimpunan kata. Lantas, ada juga sehimpunan kalimat yang disebut paragraf. Paragraf membentuk himpunan subbab. Subbab membentuk himpunan bab, dan seterusnya.
Apa makna yang Anda peroleh ketika membaca judul buku Semua Berakar pada Karakter? Anda perlu menelaah. Anda perlu mendalami. Anda perlu meneliti. Anda perlu mengetahui ciri-cirinya. Membaca adalah kegiatan yang sangat kompleks. “Karenanya,” tulis Ustad Quraish, “Anda dapat menemukan, dalam kamus-kamus bahasa, beraneka ragam arti dari kata iqra’. Arti-arti tersebut, antara lain, adalah menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-cirinya, dan sebagainya, yang kesemuanya dapat dikembalikan ke hakikat ‘menghimpun’.”[]